Rabu, 22 Mei 2013

The Unexpected Girl.

CHAPTER ONE.

My name is Kayla.
Aku memutuskan untuk pindah ke kota Lumière pure 
Yang dalam bahasa prancis berarti Pure Light atau cahaya yang murni.
Aku telah mencari beberapa apartemen atau flat dan sejenisnya dan harganya semuanya mahal.
Akhirnya aku pun mendapatkan sebuah condo dengan harga sangat murah. Pemiliknya bernama, Maria. Seorang wanita sekitar umur 30an yang belum menikah.
Aku sekarang bersama dia sedang melihat condo tersebut. Kamar itu cukup besar, ranjangnya pun ukuran King size. Sangat luas. Dilengkapi dengan perapian dan peralatan dapur yang lengkap. Sangat nyaman. Dan murah, tentunya.
"What do you think?" Tanya maria.
"I think it's perfect." Jawabku.
Maria tersenyum. Dan ia berkata, " Baiklah, enjoy your room. I have to go now." Ia lalu melangkah pergi.
"Ok. Thanks" balasku.
Aku meletakan koperku dan berbenah sedikit. Lalu menghempaskan diriku ke sofa yang empuk.
Tiba-tiba, pintu diketuk.
Aku pun berlari membukakan pintu. "Ada apa lagi , maria?" Pikirku dalam hati.
Namun, saat kubukakan pintu, ternyata bukan Maria.
Tetapi seorang pemuda seperti 2 atau 3 tahun diatasku yang menyambut. Wajahnya tampan, berbadan kurus namun masih berisi, lumayan . Rambutnya pirang, giginya rapi. Ditangannya memegang koper. Aku bingung.
"Hei. I'm Ethan." Katanya sambil berjabat tangan memperkenalkan diri.
"Hey. I'm Kayla, just call me Kay." Kataku gugup.
"Oh, yeah. I'm your new roommate." 
"But, i didn't ask for a roommate." 
"Oh, yes. Maria is my relatives. She ask me to live in her condo. With you. Jadi kau hanya perlu membayar setengahnya. Jadi kita 50:50"
Aku terhenyak. Pantas saja harganya murah. Ternyata patungan
"Mengapa Maria melakukan ini?"
"Ia merasa kasihan padamu. Jadi ia menawarkan harga murah. Plus Roommate . Like me " Ethan berlagak sok ganteng
"Shall I come in?"
Akhirnya aku membiarkan Ethan masuk.
"There's only one bed." Aku berkata kemudian.
Kami saling berpandangan. Tidak. Tidak mungkin.
Kemudian Ethan mengalah.
"Baiklah, aku tidur di bawah saja. Atau di sofa"
Aku hanya diam saja. Tidak mungkin kan? Aku tidur bersama pria yang baru kukenal.
Lalu hari semakin larut dan malam datang juga.
Aku menarik selimutku dan Ethan tidur di bawah.
aku berpikir, bagaimana bisa Ethan tidur di lantai selama berhari-hari? Berminggu-minggu? Atau bahkan berbulan-bulan dan bertahun-tahun?
Ethan sudah mulai ingin memejamkan mata. 
Ranjang ini sebenarnya telalu besar untukku. 
Aku diam-diam melihat ke arah bawah, kelihatannya Ethan kedinginan. 
Akhirnya, aku berkata padanya
"Hei. You can sleep with me. Kau membayarnya juga After all."
Ethan membuka matanya, lalu berkata
"Thanks, kay!"
"But you have to promise me, one thing. DONT TOUCH ME"
"Whoaa. Slow down Kay. I promise I won't do anything!"
Aku hanya bisa tersenyum. Ethan juga membalas senyum.
Aku membatasi ranjang dengan guling.
Lalu akhirnya kami pun tertidur.
*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar